Melihat
gegap gempitanya masalah korupsi yang sekarang hamper tiap hari
menghiasi seluruh media Indonesia yang menunjukkan betapa akut dan
kronisnya korupsi hampir diseluruh lembaga Negara saya jadi merinding.
Saya takut Indonesia akan mengalami pengulangan sejarah kehancuran
negara- negara zaman dahulu kala gara- gara korupsi yang merajalela
bila tidak segera dilakukan tindakan yang tepat dan benar dalam
mereformasi jajaran penegak hukum, sebagaimana terjadi pada negeri Saba’
(Yaman sekarang). Berdasarkan contoh Al- Qur’an, negara yang pada
awalnya makmur dan kemudian hancur berkeping- keping adalah negeri
Saba’. Bahkan saking pentingnya tauladan yang dapat diambil dari negeri
ini, Allah mengabadikannya sebagai salah satu nama Surat Al- Qur’an,
yakni Surat Saba’ (surat ke 34).
Tidak sebagaimana kisah-
kisah lainnya yang juga sering dapat ditemukan dalam Al- Kitab (Taurat –
Injil), maka kisah kehancuran negeri Saba’ ini hanya diceriterakan
dalam Al- Qur’an, karena masa kehancurannya dimulai sejak 542 setelah
Masehi, 500 tahun lebih setelah wafat Isa Al- Masih.
Dalam Surat tersebut Allah menyebutkan
kemakmuran negeri Saba’ dengan kalimat:”…. Negeri yang baik, dibawah
naungan Tuhan yang Maha Pengampun. Tapi kemudian mereka berpaling
(durhaka) maka kami datangkan kepada mereka AIR BAH (Sail Al- arim) dari
bendungan (yang jebol), dan kami ganti dua hamparan kebun mereka
menjadi kebun- kebun yang (hanya) menghasilkan buah- buahan yang pahit
rasanya, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr. Demikianlah kami balas
kekafiran mereka, dan pembalasan kami hanya kepada orang- orang yang
kafir” .(QS;As- Saba’/34:15-17).
“Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur” – demikian cuplikan ayat Saba’ diatas. Kalimat ini sering didengungkan oleh para ulama’ dan umaro’, lebih- lebih saat kampanye berlangsung, yang arti letterlijk nya adalah: “negeri yang baik, dengan Tuhan yang Maha Pengampun”- sering diterjemahkan dengan bahasa slogan: “Negara yang subur makmur gemah ripah loh jinawi yang di ridhoi Tuhan…”
“Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur” – demikian cuplikan ayat Saba’ diatas. Kalimat ini sering didengungkan oleh para ulama’ dan umaro’, lebih- lebih saat kampanye berlangsung, yang arti letterlijk nya adalah: “negeri yang baik, dengan Tuhan yang Maha Pengampun”- sering diterjemahkan dengan bahasa slogan: “Negara yang subur makmur gemah ripah loh jinawi yang di ridhoi Tuhan…”
Bendungan SADD MA’RIB
Puncak kejayaan kaum Saba’ terjadi
setelah para pakar mereka sanggup mendisain sebuah bendungan besar yang
kemudian diberi nama SADD MA’RIB. Di Yaman ada rangkaian pegunungan yang
memanjang dari barat daya terus membujur sampai arah tenggara.
Ditengah, yakni di Ma’rib +/- 50 mil dari Shon’a, ada celah yang
kemudian dibendung dengan sebuah DAM raksasa yang dapat menampung
berjuta- juta meter kubik air, yang kemudian dialirkan melalui system
irigasi terpadu yang dapat mengairi padang pasir ribuan hektar yang
sebelumnya gersang kemudian disulap menjadi kebun- kebun kurma, kebun-
kebun anggur, pohon zaitun, dll.
Dengan pengairan irigasi dari bendungan
SADD MA’RIB ini, dua bagian belahan kebun diantara kanan kiri bendungan
(“Jannataini ‘An Yamiinin wa syimaalin..”) tercipta dengan membawa
kemakmuran kepada penduduknya. Kemakmuran ini mengundang kekaguman orang
sehingga saat itu daerah ini disebut sebagai “ARABIA FELIX” – Negeri
Arab yang makmur, terutama disaat dipimpin oleh ratunya yang bijaksana,
yakni ratu BILQIS yang kemudian diperistri oleh Nabi Sulaiman (Salomon), yang juga disebut- sebut kisahnya dalam Bijbel maupun Qur’an.
Bendungan jebol
Namun seiring dengan berjalannya waktu,
moralitas mereka berubah. Mereka kemudian hari menjadi bangsa yang
membangkang, kufur kepada nikmat-
nikamt Tuhan mereka. Diawali dengan kekafiran mereka, mengumbar hawa
nafsu, loba, rakus merajalela. Ujung- ujungnya sikap disiplin dan
moralitas mereka runtuh. “Tikus- tikus”pun merajalela menggerogoti
keuangan Negara karena ketiadaan iman mereka. Seperti ungkapan bahasa
Ibnu Katsir dalam tafsirnya Juz III halaman 533, bendungan yang mereka
bikin digerogoti tikus dan akhirnya jebol, menimbulkan tsunami dahsyat
yang menggulung ladang- ladang pertanian mereka dan memusnahkan bangsa
Saba’. Tikus dalam ungkapan Ibnu Katsier mungkin maksudnya tikus
beneran, tapi juga bisa bermakna tikus koruptor,
sehingga uang dana pemeliharaan bendungan yang seharusnya dipergunakan
untuk memperbaiki yang bocor atau mengganti yang aus, disikat dan
ditilep, sehingga akhirnya bendungan menjadi rapuh dan akhirnya jebol.
Maka sebagian besar penduduk musnah tersapu banjir, dan yang masih selamat harus berhijrah karena daerah mereka kini menjadi tandus, karena humus dan kesuburan tanah mereka telah tersapu airbah. Sampai kini Yaman merupakan Negara yang termasuk miskin didunia ditengah Negara- Negara Timur Tengan yang kaa raya.
Maka sebagian besar penduduk musnah tersapu banjir, dan yang masih selamat harus berhijrah karena daerah mereka kini menjadi tandus, karena humus dan kesuburan tanah mereka telah tersapu airbah. Sampai kini Yaman merupakan Negara yang termasuk miskin didunia ditengah Negara- Negara Timur Tengan yang kaa raya.
Eksistensi suatu negara hancur akibat korupsi
Allah berfirman: “Allah membuat
percontohan suatu Negara yang (asalnya) aman sentosa, rizkinya melimpah
dari segenap penjuru. Kemudian penduduknya mendurhakai nikmat- nikmat
Allah. Maka Allah pun memberikan kepada mereka “pakaian ketakutan dan
kelaparan” (resesi berkepanjangan bagaikan pakaian yang membelit),
akibat apa yang telah mereka perbuat” Q.S.An- Nahl 112. Syekh Arslan
menyatakan: ” Sesungguhnya eksistensi suatu bangsa tergantung pada
keadaan akhlaq nya, bila suatu bangsa hancur moralnya, maka hancur pula eksistensinya”.
Kini Indonesia adalah Negara yang “Gemah ripah loh KORUPSI” (Negara yang korupsinya subur), bila para pemimpin dan seluruh element bangsanya tak sadar juga, bukan mustahil akan bernasib sama seperti negeri Saba’.
Mudah- mudahan para pemimpin bangsa ini dan kita semua segera sadar sebelum segalanya terlambat. Amiiiin.
Kini Indonesia adalah Negara yang “Gemah ripah loh KORUPSI” (Negara yang korupsinya subur), bila para pemimpin dan seluruh element bangsanya tak sadar juga, bukan mustahil akan bernasib sama seperti negeri Saba’.
Mudah- mudahan para pemimpin bangsa ini dan kita semua segera sadar sebelum segalanya terlambat. Amiiiin.