Sudah banyak orang yang menulis artikel kebersihan lingkungan hidup tentang sampah. Namun mengapa persoalan sampah di kota-kota besar selalu tak ada juntrungnya. Contoh sederhana bisa dilihat pada kasus banjir di Jakarta.
Tiap musim hujan tiba, ibukota Indonesia itu bak kolam ikan. Dimana-mana tergenang air. Sungai meluap ke perkampungan dan perumahan. Bahkan, membanjiri Istana Negara. Siapapun gubernurnya, Jakarta tak akan lepas dari masalah banjir. Lantas apa yang harus dilakukan untuk tangani masalah akut ini?Tak hanya Jakarta banjir adalah problematika utama kota-kota besar lainnya. Inti dari ‘bencana’ ini sejatinya tak luput dari kesalahan manusia. Perilaku mereka yang buruk soal lingkungan, khususnya budaya membuang sampah sembarangan.
Dibutuhkan sebuah kesadaran diri dari tiap individu masing-masing. Mereka harus benar-benar sadar dan mengerti apa saja bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari ulah membuang sampah sembarangan itu.
Mengapa fokus pada persoalan sampah? Sebab, sampah memiliki efek domino yang menyebabkan dampak lain secara berurutan. Buang sampah sembarangan, di sungai misalnya, bisa buat aliran air kali terhambat.
Saat musim tiba, jika terhambat maka air akan menumpuk dan meluap. Imbasnya, timbullah banjir. Jika sampah bisa dimanajemen dengan baik, dari langkah sederhana cara membuangnya, maka segala efek domino di atas bisa dihindari. Lalu bagaimana manajemen sederhana pengelolaan sampah itu?
Pertama, biasakan ke anak-anak agar terapkan gaya hidup buang sampah di tempatnya. Sedari dini ajarkan ke mereka, maka akan cepat tertanam di benak anak-anak hingga ia dewasa. Ingat, untuk mengubah orang lain dimulai dari diri sendiri. Jika Anda telah berubah tularkan ke anak Anda.
Kedua, sediakan tong sampah yang berbeda; sampah basah, kering, daur ulang, dan berbahaya. Bedakan tong sampah itu dengan warna.
Ketiga, bentuk organisasi pengelolaan sampah sederhana meski di tingkat kecil sekalipun (RT/RW). Tugas organisasi ini bisa berupa mengagendakan jadwal rutin kerja bakti, pengelolaan sampah lingkungan atau perumahan, pengumpulan dana untuk pembelian bibit hijau, membuat program sampah daur ulang untuk kegiatan sosial, dan beberapa program terkait lingkungan lainnya.
Jika beberapa hal sederhana di atas bisa dilakukan dengan baik, niscaya problematika sampah bisa diminimalisir.
Tiap musim hujan tiba, ibukota Indonesia itu bak kolam ikan. Dimana-mana tergenang air. Sungai meluap ke perkampungan dan perumahan. Bahkan, membanjiri Istana Negara. Siapapun gubernurnya, Jakarta tak akan lepas dari masalah banjir. Lantas apa yang harus dilakukan untuk tangani masalah akut ini?Tak hanya Jakarta banjir adalah problematika utama kota-kota besar lainnya. Inti dari ‘bencana’ ini sejatinya tak luput dari kesalahan manusia. Perilaku mereka yang buruk soal lingkungan, khususnya budaya membuang sampah sembarangan.
Dibutuhkan sebuah kesadaran diri dari tiap individu masing-masing. Mereka harus benar-benar sadar dan mengerti apa saja bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari ulah membuang sampah sembarangan itu.
Mengapa fokus pada persoalan sampah? Sebab, sampah memiliki efek domino yang menyebabkan dampak lain secara berurutan. Buang sampah sembarangan, di sungai misalnya, bisa buat aliran air kali terhambat.
Saat musim tiba, jika terhambat maka air akan menumpuk dan meluap. Imbasnya, timbullah banjir. Jika sampah bisa dimanajemen dengan baik, dari langkah sederhana cara membuangnya, maka segala efek domino di atas bisa dihindari. Lalu bagaimana manajemen sederhana pengelolaan sampah itu?
Pertama, biasakan ke anak-anak agar terapkan gaya hidup buang sampah di tempatnya. Sedari dini ajarkan ke mereka, maka akan cepat tertanam di benak anak-anak hingga ia dewasa. Ingat, untuk mengubah orang lain dimulai dari diri sendiri. Jika Anda telah berubah tularkan ke anak Anda.
Kedua, sediakan tong sampah yang berbeda; sampah basah, kering, daur ulang, dan berbahaya. Bedakan tong sampah itu dengan warna.
Ketiga, bentuk organisasi pengelolaan sampah sederhana meski di tingkat kecil sekalipun (RT/RW). Tugas organisasi ini bisa berupa mengagendakan jadwal rutin kerja bakti, pengelolaan sampah lingkungan atau perumahan, pengumpulan dana untuk pembelian bibit hijau, membuat program sampah daur ulang untuk kegiatan sosial, dan beberapa program terkait lingkungan lainnya.
Jika beberapa hal sederhana di atas bisa dilakukan dengan baik, niscaya problematika sampah bisa diminimalisir.
Sumber : http://www.bimbingan.org/